Pada
minggu ini, cuaca teramati cerah pada pagi sampai siang hari. Hujan
sesekali terjadi namun tidak merata, angin bertiup tenang. Suhu di
sekitar berkisar antara 13-30 0C. Pada tanggal 22 Juli 2013 pukul 04.15
teramati hembusan asap kuat berwarna coklat kehitaman dengan tinggi asap
mencapai 1.000 m diamati dari Pos Selo, disertai suara gemuruh yang
terdengar dari sekitar G. Merapi pada radius 6-7 km. Kejadian tersebut
menyebabkan terjadinya hujan abu vulkanik dan pasir ke sektor Tenggara,
Selatan, dan Barat Daya. Gambar 1 menunjukan kejadian setelah terjadi
hembusan yang membawa material berupa abu dan pasir teramati dari Dusun
Stabelan Desa Tlogolele pada tanggal 22 Juli 2013 pukul 06.30 WIB.

Gambar 1. Kondisi Puncak G. Merapi Paska hembusan asap 22 Juli 2013 Dusun Stabelan, Desa Tlogolele.
Pada tanggal 15 – 22 Juli 2013 (Pukul 08.00 WIB), kegempaan di G. Merapi tercatat gempa VB sebanyak 10 kali, MP 27 kali, LHF 87 kali, guguran 66 kali dan gempa Tektonik 7 kali. Kegempaan minggu sebelumnya yaitu gempa VB 1 kali, MP 5 kali, guguran 15 kali dan LHF tidak terjadi. Terjadi peningkatan jumlah gempa-gempa dangkal seperti VB, MP, LHF dalam minggu ini. Peningkatan gempa-gempa dangkal ini diduga sebagai penyebab terjadinya hembusan asap yang terjadi pada Senin, 22 Juli 2013. Karena hanya gempa-gempa dangkal saja yang meningkat, kemungkinan hembusan tersebut sebagai aktivitas vulkanik permukaan. Gambar 2 menunjukkan statistik kegempaan selama Januari hingga Juli 2013. Kegempaan yang terjadi di G. Merapi meningkat terutama gempa VB dan LHF.

Gambar 2. Statistik Kegempaan G. Merapi Bulan Januari – Juli 2013
Data pengukuran EDM (Electronic Distance Measurement) di G. Merapi
tidak menunjukkan adanya perubahan yang signifikan. Data EDM di Pos Selo
menunjukkan perubahan sebesar +1 mm, Pos Babadan sebesar -4 mm, Pos
Jrakah sebesar -3 mm dan Pos Kaliurang sebesar +9 mm. Secara umum,
perubahan jarak antara titik pengukuran EDM dan reflektor sebesar kurang
dari 10 mm maka deformasi G. Merapi masih dalam batas normal. Hasil
deformasi ini menunjukkan tidak adanya akumulasi tekanan yang cukup
besar hingga menimbulkan deformasi permukaan tubuh gunung. Hembusan asap
yang terjadi hanya disebabkan akumulasi tekanan sesaat karena adanya
pelepasan gas vulkanik. Hasil pengukuran EDM di Pos Selo, Jrakah,
Babadan dan Kaliurang terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hasil pengukuran EDM Pos Kaliurang, Babadan, dan Selo Bulan Januari 2012 – Juli 2013
Pemantauan deformasi berdasarkan tiltmeter pada minggu ini juga tidak menunjukkan adanya perubahan kemiringan yang signifikan antara alat yang berada di daerah Plawangan (Gambar 4). Perubahan data tiltmeter pada sumbu x yang mengarah ke Barat-Timur sebesar 0 mikroradian sedangkan sumbu y yang mengarah ke Utara-Selatan sebesar -0.6 mikroradian. Data tiltmeter digital stasiun Labuhan, Klatakan, dan Pasarbubar juga tidak menunjukkan adanya perubahan kemiringan yang signifikan.

Gambar 4. Hasil pengukuran tiltmeter stasiun Plawangan Januari– Juni 2013, sumbu X: arah Barat-Timur dan sumbu Y: arah Utara-Selatan dari stasiun Plawangan.
Di sekitar G.
Merapi, hujan masih terjadi dengan intensitas yang kecil (Gerimis).
Gambar 5 menunjukkan curah hujan di setiap Pos Pengamatan pada Bulan
Januari hingga Juni 2013.

Gambar 5. Curah hujan di setiap pos pengamatan pada bulan Januari 2012 – Juli 2013
Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental status aktivitas G. Merapi berada pada tingkat “Normal”.
III. SARAN
- Berdasarkan hasil pengamatan G. Merapi dinyatakan dalam status “Normal”
- Fenomena hembusan di G. Merapi merupakan fenomena yang sering terjadi paska letusan 2010, pendakian ke puncak G. Merapi direkomendasikan hingga Pasarbubar saja.
- Jika terjadi perubahan aktivitas G. Merapi yang signifikan maka status aktivitas G. Merapi akan segera ditinjau kembali.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
- Sumber
- http://www.merapi.bgl.esdm.go.id/index.php
No comments:
Post a Comment